💎 Kisah Rasululloh ﷺ Saat Menemukan Bangkai Seekor Anak Kambing Yang Cacat Di Sudut Sebuah Pasar
🌴 Pada suatu hari, Rasululloh ﷺ berjalan melewati sebuah pasar bersama para sahabatnya. Tiba-tiba langkah kaki beliau ﷺ terhenti saat melihat bangkai seekor anak kambing yang telinganya cacat. Beliau ﷺ lalu menghampiri bangkai anak kambing itu, lalu....
✅ 1. Apa yang dilakukan Rasululloh ﷺ terhadap bangkai anak kambing itu?
✅ 2. Hikmah apa yang bisa diambil dari kisah Rasululloh ﷺ ini?
✅ 3. Bagaimana bunyi hadits-nya yang menceritakan tentang kisah ini?
👉 Simak kisah selengkapnya pada video di bawah ini. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah Rasululloh ﷺ ini. Aamiin....
📌Tonton disini: 👉 https://youtu.be/Uj2ouCsXPK8
Ada sebuah kisah dalam salah satu hadits Muslim yang bisa kita petik hikmahnya dan kita taddabburi maknanya. Sebuah kisah tentang Rosulullloh ﷺ saat menemukan bangkai seekor anak kambing yang cacat telinganya di salah satu sudut pasar kala beliau ﷺ melewatinya. Kisah ini diriwayatkan oleh salah seorang sahabat bernama Jabir rodhiyallohu’anhu. Begini kisahnya.
Pada suatu hari, Rosululloh ﷺ berjalan melewati sebuah pasar. Beliau ﷺ berjalan bersama para sahabatnya yang juga berjalan mengiringi beliau ﷺ. Seusai berjalan dari tempat yang lebih tinggi di pasar itu, langkah kaki beliau ﷺ terhenti saat melihat sesosok bangkai seekor anak kambing yang telinganya kecil menempel karena cacat. Lalu Rosulullloh mendekati bangkai anak kambing itu. Beliau ﷺ lalu memegang telinganya dan mengangkatnya seraya bertanya kepada para sahabat dan orang-orang yang berada di pasar itu, “Siapa diantara kalian yang berkenan membeli bangkai anak kambing ini seharga satu dirham?” tanya Rosululloh ﷺ.
Para sahabat terdiam sejenak mendengar pertanyaan Rosululloh ﷺ tsb, lalu kemudian mereka menjawab: “Kami tidak tertarik untuk membelinya wahai Rosululloh. Lagi pula, apa yang bisa kami perbuat dengan bangkai anak kambing itu?”
Rosululloh ﷺ lalu bertanya lagi: “Kalau begitu, bagaimana kalau bangkai anak kambing ini kalian miliki tanpa perlu membayarnya?”
Para sahabat makin heran dan kemudian menjawab, “Demi Allah ya Rosululloh, apabila anak kambing ini hidup pun, kami tidak tertarik untuk memilikinya karena anak kambing ini cacat telinganya, apalagi disaat kondisinya sudah menjadi bangkai seperti sekarang ini?”
Kemudian Rosululloh ﷺ bersabda : "Demi Allah, ketahuilah bahwa sungguh nilai dunia ini di sisi Alloh lebih hina daripada nilai bangkai anak kambing yang ada di hadapan kalian ini."
Subhanalloh… betapa hikmahnya cara Rosululloh dalam memberi gambaran kepada kita ummatnya tentang nilai sesungguhnya dari dunia dan seisinya ini di sisi Alloh subhanahuata’ala. Dunia yang selama ini kita jungkir balik dalam mencarinya. Pergi pagi pulang malam dalam mendapatkan segelintir rezeki darinya.
Bahkan dalam menjalaninya, terkadang melupakan Alloh dan meninggalkan kewajiban yang telah Alloh wajibkan kepada kita. Terkadang, sholat lah yang tertinggal. Tidak sempat muroja’ah membaca Al-Qur’an dengan alasan sibuk, lalu menyalahkan pekerjaan sebagai penyebab kelalaian dalam mengerjakan ibadah tersebut, dan kelalaian-kelalaian lainnya yang tanpa kita sadari membuat kita makin hanyut dan tenggelam bertungkus lumus dalam memburu sesuatu yang nilainya di mata Alloh ternyata lebih hina dari harga seonggok bangkai anak kambing yang busuk yang diberi gratis pun kita tentu tidak mau.
Pembaca yang dirahmati Alloh, kisah diatas bukanlah sekedar cerita pemanis bibir belaka. Kisah diatas bukan pula dongeng sebagai penghibur dalam dakwah agar jama’ah terhibur dan tertarik. Tidak… Kisah diatas ada dalilnya, sebagaimana yang terdapat dalam hadits riwayat Jabir rodhiallohuanhu yang bunyi lengkapnya sebagai berikut:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ يَعْنِي ابْنَ بِلَالٍ ، عَنْ جَعْفَرٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ،
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِالسُّوقِ ، دَاخِلًا مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ ،
وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ ، فَمَرَّ بِجَدْيٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ ، فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ ، ثُمَّ قَالَ :
أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ ؟ فَقَالُوا : مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ ، وَمَا نَصْنَعُ بِهِ ؟
قَالَ : أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ ؟ قَالُوا : وَاللَّهِ لَوْ كَانَ حَيًّا ، كَانَ عَيْبًا فِيهِ ، لِأَنَّهُ أَسَكُّ ،
فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ ؟ فَقَالَ :
فَوَاللَّهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ ، مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ
Artinya:
Telah mengkhabarkan kepada kami Abdulloh bin Maslamah bin Qo'nab, dari Sulaiman bin Bilal, dari Ja'far, dari ayahnya, dari Jabir bin Abdillah, bahwa sesungguhnya Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berjalan di sebuah pasar dari tempat yang tinggi, sementara orang-orang mengiringinya. Beliau berjalan melewati bangkai seekor anak kambing yang telinganya cacat. Lalu beliau mengangkat telinga bangkai anak kambing itu dan berkata, “Siapa diantara kalian yang berkenan membeli ini seharga satu dirham?” Orang-orang berkata, “Kami tidak tertarik membelinya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?” Beliau bersabda, “Bagaimana kalau (bangkai anak kambing) ini kalian miliki?” Orang-orang berkata, “Demi Allah, apabila anak kambing ini hidup pun kami tidak tertarik membelinya karena telinganya cacat, apalagi sekarang ia sudah menjadi bangkai?” Kemudian Beliau bersabda : "Demi Allah, sungguh dunia ini lebih hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian."
📕HR. Muslim, no. 2957, Abu Dawud no. 186 dan dishohihkan oleh syaikh Al-Albani rahimahulloh)
Memang secara fitrah, manusia itu mencintai dunia karena memang Alloh menghiasi dunia ini dengan berbagai kesenangan yang terlihat indah di mata manusia. Sebagaimana yang difirmankan Alloh dalam surat Ali Imron ayat ke-14 yang berbunyi:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Artinya:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
[Ali-‘Imron :14]
Bahkan Alloh azzawajalla menyatakan bahwa kehidupan dunia itu hanyalah sebuah permainan dan sesuatu yang melalaikan serta kesenangan yang menipu, sebagaimana yang difirmankan Alloh subhanahuwata’ala dalam surat Al-Hadid ayat 20 yang berbunyi:
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
Artinya:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
(QS. Al-Hadid : 20)
Dan juga dalam surat Ali-Imron ayat 185, Alloh menyatakan bahwa Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Artinya:
“Sungguh kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Dan berkenaan tafsir dari surat Al-Hadid ayat 20 diatas, Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam tafsirnya bahwa,
“Dunia adalah perhiasan yang akan binasa dan merupakan tipuan bagi orang yang cenderung kepadanya. Dia tertipu dengan dunia dan menjadi terlena karenanya, sehingga meyakini bahwa dunia adalah negeri satu-satunya dan tidak ada negeri selainnya, dan kehidupan dunia adalah satu-satunya kehidupan yang tidak ada lagi kehidupan setelahnya. Padahal dunia ini sangat rendah dan hina, teramat kecil bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat.”
(Tafsir Ibnu Katsir, 4/335)
Demikianlah hakikat dari dunia sebenarnya, ia adalah permainan yang menipu dan yang melalaikan diri dan hati. Ini terlihat pada orang-orang yang menghamba dunia yang cenderung menghabiskan umurnya dengan segala hal yang melalaikan hati dan melupakan dari berdzikir kepada Allah, lalai akan janji dan ancaman-Nya. Malah, mereka menjadikan agama sebagai ajang olok-olokan dan gurauan. Berbeda keadaannya dengan orang-orang yang hidup hatinya dengan dzikir kepada Allah, mengenal dan mencintai-Nya, sehingga mereka pun memburu akhirat sebagai negeri yang kekal nan abadi.
(Taisir Al-Karimirir Rahman, hal. 840-841)
Berkata Syaikh Sholeh Al-Fauzan hafizhohullah :
قال الشيخ صالح الفوزان حفظه الله :
"الدنيا ليست دارًا للمسلم. إنما دار المسلم
هي الجنة وهو وُجد في الدنيا من أجل أن
يعمل للجنة !."
[شرح الأربعين٢٨٥]
"Dunia bukanlah rumah bagi seorang muslim, akan tetapi rumah seorang muslim adalah sorga, dan ia didapati di dunia dalam rangka agar beramal untuk mendapatkan sorga ".
(📚 Syarhul Arba'in : 285)
Allâh Azza wajalla juga berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿١٦﴾ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Artinya:
"Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi, sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
[al-A’la/87:16-17].
# Lalu, bagaimana sih sikap yang harus kita ambil dalam menjalani kehidupan di dunia ini, agar kita selamat di dunia dan juga di akhirat?
Agar kita selamat dalam menjalani kehidupan di dunia ini dan juga di akhirat adalah dengan menanamkan pada diri kita bahwa kita hidup di dunia ini seolah-olah sebagai seorang musafir yang hanya singgah sebentar untuk mengumpulkan perbekalan, guna setelah itu melanjutkan perjalanan menuju kampung yang yang dituju yakni kampung akhirat nan abadi. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di dalam salah satu hadits,
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَبُو المُنْذِرِ الطُّفَاوِيُّ،
عَنْ سُلَيْمَانَ الأَعْمَشِ، قَالَ : حَدَّثَنِي مُجَاهِدٌ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ : أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي، فَقَالَ : كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ، يَقُولُ : إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ
فَلاَ تَنْتَظِرِ المَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
(رواه البخاري)
Artinya:
Telah mengkhabarkan kepada kami dari ‘Ali bin Abdillah, dari Muhammad bin Abdirrohman Abu Al Mundzir At Thufawi dari Sulaiman Al A'masy dia berkata; telah menceritakan kepadaku Mujahid dari Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma dia berkata; 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memegang pundakku seraya bersabda: 'Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau musafir.' Ibnu Umar berkata; 'Bila engkau berada di sore hari maka janganlah engkau menunggu datangnya waktu pagi dan bila engkau berada di pagi hari maka janganlah engkau menunggu datangnya waktu sore. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu dan masa hidupmu sebelum datang matimu.
(Al-Bukhari, no. 6416, At-Tirmidzi, no. 2333, Ibnu Majah no. 4114, Ahmad, II/24 dan 41, Al-Baghowi dalam Syarhus Sunnah, XIV/230, no. 4029)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani rahimahullah berkata,
“Hadits ini adalah azaz yang menekankan kepada seorang hamba untuk mengosongkan hatinya terhadap dunia, zuhud terhadapnya, menghinakannya, merendahkannya, dan qona’ah (merasa cukup) dari dunia dengan bekal yang sekadarnya dalam menjalani hidupnya.”
(Dikutip dari kitab “Fathul Bari”, 11/238)
Dan yang terakhir pemirsa, agar kita selamat di dunia dan akhirat, jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Allah agar diberi keselamatan di dunia dan juga kesalamatan di akhirat. Tentu semua sudah tahu do’a nya kan? Doa ini adalah doa yang paling sering dibaca oleh Rosululloh ﷺ, sebagaimana hadits dalam Shohih Muslim no. 2690. Doa ini juga terdapat di dalam surat Al-Baqaroh ayat 201. Banyak yang menyebut doa ini dengan "do’a sapu jagat”. Apa bunyi doa itu? Yakni:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya:
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka.”
Sebagai penutup, marilah kita berusaha semampu kita untuk mengumpulkan amalan sebanyak-banyaknya selama hidup di dunia ini sebagai bekal untuk melanjutkan perjalanan terakhir kita menuju kampung akhirat. Kampung yang dijanjikan Alloh azzawajalla yang kehidupannya abadi dan tidak ada kematian setelah itu.
Allohua'lam bissowab.
Post A Comment
No comments :
Punya pertanyaan seputar Islam dan ingin menanyakannya langsung ke ustadz? Silahkan ketik pertanyaannya pada kolom yg disediakan di bawah ini.