Siapakah Pembunuh 'Ali bin Abi Thalib? [2]
Jika Kesesatan Telah Masuk Ke Relung Hati
Kesesatan telah melingkupi hati-hati para Khawarij hingga timbangan kebenaran pun terbalik. Menilai manusia paling mulia di muka bumi saat itu sebagai orang yang pantas ditumpahkan darahnya.
Adalah tiga orang Khawarij yakni Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi, Al-Burak bin Abdillah At-Tamimi dan 'Amr bin Bukair at-Tamimi, mereka berkumpul di Makkah membuat kesepatakan bersama dan bertekad bulat untuk membunuh tiga shahabat mulia, 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه , Mu'awiyah bin Abi Sufyan رضي الله عنه, dan 'Amr bin Al-Ash رضي الله عنه.
Demikianlah ketika hati telah mengeras dan hidayah telah jauh dari seseeorang. Tidaklah mereka renungkan kemuliaan sahabat Rasulullah صلي الله عليه و سلم ? Tidak sadarkah mereka bahwa Rasulullah صلي الله عليه و سلم telah menjamin jannah bagi 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه ? Kalau memang 'Ali kafir sebagaimana yang mereka tuduh, mengapa Allah عز وجل memberikan jaminan jannah pada beliau رضي الله عنه ? Apakah Allah عز وجل tidak tahu?
"Katakanlah: 'Apakah kami yang lebih mengetahui ataukah Allah?" (Al-Baqarah: 140)
Makar busuk itu mereka mulai. Segala jalan mereka tempuh untuk menyudahi orang-orang mulia yang telah Allah عز وجل ridhai dan cintai.
Dalam pertemuan rahasia tersebut, Abdurahman bin Muljam berkata: "Serahkan pembunuhan 'Ali kepadaku."
Al-Buraq berkata," Serahkan Mu'awiyah kepadaku."
Lalu 'Amr bin Bukair berkata: Aku akan bunuh 'Amr ibnul 'Ash untuk kalian."
Demikian pembicaraan mereka di Makkah, kota Al-Haram. Kekejian telah mereka sepakati, tekad bulat telah mereka tetapkan, dan semua berjanji untuk tidak saling berkhianat dalam menuju sahabat-sahabat yang akan dibunuh hingga berhasil membunuhnya, atau harus terbunuh dalam menunaikan makar ini.
Pembaca rahimakumullah. Pembunuhan berencana itu apakah mereka anggap sebagai dosa? Ternyata tidak. Justru pembunuhan itu mereka yakini sebagai ibadah, jihad dan tawarrub kepada Allah. Maha suci Allah! Kemanakah akal-akal mereka? Dimana hati mereka? Tidakkah mereka membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang telah mereka hafal dalam dada mereka tentang keutamaan para sahabat? Tidakkah mereka cermati sabda Rasulullah صلي الله عليه و سلم dan wasiat beliau?
Namun hati telah terkunci, akal telah diliputi kesesatan. Pergilah mereka bertiga melangkahkan kaki menuju negeri kediaman tiga sahabat tersebut untuk sebuah tekad, pembunuhan orang-orang terbaik di muka bumi!
Sementara kita tinggalkan kisah Al-Burak dan 'Amr bin Bukair.... Kita ikuti perjalanan Ibnu Muljam al-Muradi.
Ibnu Muljam menginjakkan kakinya di Kufah. Dia menampakkan kebaikan dan ibadah serta menyembunyikan rencana jahatnya untuk membunuh Amirul Mukminin, 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه .
Dengan sembunyi-sembunyi, dia temui kawan-kawan Khawarijnya. Dalam waktu yang cukup lama di Kufah, dia matangkan rencana, dia siapkan pedang, dia rendam dalam racun untuk menegakkan "jihad" ala nafsunya dalam membunuh Amirul Mukminin. Demikian setan membisikkan kesesatan di relung hatinya.
Detik-Detik Wafatnya 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه .
Malam Jum'at, 17 Ramdahan [12] adalah waktu yang direncanakan Ibnu Muljam untuk membunuh 'Ali رضي الله عنه . Keluarlah orang yang paling celaka ini untuk mewujudkan kebinasaannya.
Di tengah keheningan akhir malam, dia dapati Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه berjalan.
Dengan penuh ketawadhu'an kepada Allah dan penuh kecintaan pada Rabbul 'Alamin, 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه keluar menuju shalat shubuh, untuk berdiri di hadapan Allah. Wajah bersinar dan hati yang hidup tampak dari sosok manusia mulia menantu Rasulullah صلي الله عليه Ùˆ سلم ini, putra paman Rasulullah صلي الله عليه Ùˆ سلم . Beliau berjalan menuju saat-saat yang telah Allah Ø³Ø¨ØØ§Ù†Ù‡ وتعالى tetapkan padanya.
Dengan tiba-tiba, Ibnu Muljam menebaskan pedangnya dengan penuh kekuatan ke arah 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه, tepat mengenai kening yang pernah diisyaratkan Rasulullah صلي الله عليه و سلم dengan telunjuk beliau yang mulia. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un...!
Pedang beracun telah mengenai kening 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه . Bukan sekadar goresan, namun luka yang demikian dalam hingga mencapai ubun-ubunnya - semoga Allah Ø³Ø¨ØØ§Ù†Ù‡ وتعالى meridhai-nya. Kening yang senantiasa bersujud kepada Allah Ø³Ø¨ØØ§Ù†Ù‡ وتعالى. Kening yang dipandang Rasulullah صلي الله عليه Ùˆ سلم dengan penuh cinta dan kasih sayang, kening yang telah penuh dengan debu jihad bersama Rasul صلي الله عليه Ùˆ سلم , kening yang telah dijamin selamat dari api neraka, kini disambar pedang Ibnu Muljam.
Darah pun bersimbah.... Awan kelabu meliputi Kufah, menorehkan kepedihan dalam catatan sejarah Islam.
Allah Ø³Ø¨ØØ§Ù†Ù‡ وتعالى tetapkan syahadah bagi beliah dan Allah Ø³Ø¨ØØ§Ù†Ù‡ وتعالى tetapkan kecelakaan bagi Ibnu Muljam Al-khariji, sebagaimana sabda Rasulullah صلي الله عليه Ùˆ سلم :
"Dan manusia yang paling celaka dari umat ini adalah orang yang membunuhmu, wahai Ali!"
Ketika pedang mengenai 'Ali رضي الله عنه , beliau berseru: "Jangan biarkan orang ini lepas!" Orang-orang yang mendengar seruan Ali bergegas menangkap Ibnu Muljam. Saat itu datanglah Ummu Kultsum, putri Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه.
Ummu Kultsum berkata: "Wahai musuh Allah, engkau telah membunuh Amirul Mukminin...!"
Ibnu Muljam menjawab: "Dia hanya sekadar bapakmu." (bukan Amirul Mukminin, pen.).
kata Ummu Kultsum: "Demi Allah, aku benar-benar berharap semoga Amirul Mukminin tidak apa-apa." Tetes tetes air mata cinta dan kesedihan pun mengalir membasahi pipi Ummu Kultsum, putri 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه. Ya, tetes air mata rahmah....
Dengan ketus Ibnu Muljam berkata: "Kenapa kau menangis? Demi Allah aku telah rendam pedangku ini dalam racun selama sebulan, sungguh tidak mungkin dia akan hidup setelah aku mati, aku pasti berhasil membunuhnya!"
Malam Ahad, Sebelas hari tersisa dari bulan Ramadhan tahun 40 H, wafatlah Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه. Beliau dimandikan kedua putranya, Al-Hasan dan Al-Husain, dua cucu Rasulullah صلي الله عليه و سلم serta Abdullah bin Ja'far (keponakannya), dan dikafani dengan tiga lembar kain tanpa memakai gamis, sebagaimana Rasulullah صلي الله عليه و سلم dikafani.
'Ali رضي الله عنه dibunuh dalam keadaan menuju shalat shubuh dan dalam menggajak manusia untuk shalat. Meninggal setelah 4 tahun 8 bulan 22 hari masa kekhalifahan, di umur beliau yang ke-63. hasbunallah wa ni'mal wakil.
--------------------------------------------
Footnotes:
[12] Demikian Ibnu Sa'd menyebutkan dalam "Ath-Thabaqat" pada juz ketiga.
Faedah: Ibnu Hajar dalam "At-Tahdzib pada biografi 'Ali رضي الله عنه menyebutkan adanya perbedaan pendapat mengenai tanggal terjadinya pembunuhan. Ibnu Hajar berkata: "Dia (Ibnu Muljam) membunuh 'Ali pada malam Jum'at 13 hari berlalu, atau dikatakan 13 hari tersisa dari bulan Ramadhan tahun 40 H. Dikatakan pula awal malam sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan."
[13] "Ath-Thabaqatul Kubra" (3/33), dinukil Ibnu Jauzi dalam "Talbis Iblis".
Kesesatan telah melingkupi hati-hati para Khawarij hingga timbangan kebenaran pun terbalik. Menilai manusia paling mulia di muka bumi saat itu sebagai orang yang pantas ditumpahkan darahnya.
Adalah tiga orang Khawarij yakni Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi, Al-Burak bin Abdillah At-Tamimi dan 'Amr bin Bukair at-Tamimi, mereka berkumpul di Makkah membuat kesepatakan bersama dan bertekad bulat untuk membunuh tiga shahabat mulia, 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه , Mu'awiyah bin Abi Sufyan رضي الله عنه, dan 'Amr bin Al-Ash رضي الله عنه.
Demikianlah ketika hati telah mengeras dan hidayah telah jauh dari seseeorang. Tidaklah mereka renungkan kemuliaan sahabat Rasulullah صلي الله عليه و سلم ? Tidak sadarkah mereka bahwa Rasulullah صلي الله عليه و سلم telah menjamin jannah bagi 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه ? Kalau memang 'Ali kafir sebagaimana yang mereka tuduh, mengapa Allah عز وجل memberikan jaminan jannah pada beliau رضي الله عنه ? Apakah Allah عز وجل tidak tahu?
"Katakanlah: 'Apakah kami yang lebih mengetahui ataukah Allah?" (Al-Baqarah: 140)
Makar busuk itu mereka mulai. Segala jalan mereka tempuh untuk menyudahi orang-orang mulia yang telah Allah عز وجل ridhai dan cintai.
Dalam pertemuan rahasia tersebut, Abdurahman bin Muljam berkata: "Serahkan pembunuhan 'Ali kepadaku."
Al-Buraq berkata," Serahkan Mu'awiyah kepadaku."
Lalu 'Amr bin Bukair berkata: Aku akan bunuh 'Amr ibnul 'Ash untuk kalian."
Demikian pembicaraan mereka di Makkah, kota Al-Haram. Kekejian telah mereka sepakati, tekad bulat telah mereka tetapkan, dan semua berjanji untuk tidak saling berkhianat dalam menuju sahabat-sahabat yang akan dibunuh hingga berhasil membunuhnya, atau harus terbunuh dalam menunaikan makar ini.
Pembaca rahimakumullah. Pembunuhan berencana itu apakah mereka anggap sebagai dosa? Ternyata tidak. Justru pembunuhan itu mereka yakini sebagai ibadah, jihad dan tawarrub kepada Allah. Maha suci Allah! Kemanakah akal-akal mereka? Dimana hati mereka? Tidakkah mereka membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang telah mereka hafal dalam dada mereka tentang keutamaan para sahabat? Tidakkah mereka cermati sabda Rasulullah صلي الله عليه و سلم dan wasiat beliau?
Namun hati telah terkunci, akal telah diliputi kesesatan. Pergilah mereka bertiga melangkahkan kaki menuju negeri kediaman tiga sahabat tersebut untuk sebuah tekad, pembunuhan orang-orang terbaik di muka bumi!
Sementara kita tinggalkan kisah Al-Burak dan 'Amr bin Bukair.... Kita ikuti perjalanan Ibnu Muljam al-Muradi.
Ibnu Muljam menginjakkan kakinya di Kufah. Dia menampakkan kebaikan dan ibadah serta menyembunyikan rencana jahatnya untuk membunuh Amirul Mukminin, 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه .
Dengan sembunyi-sembunyi, dia temui kawan-kawan Khawarijnya. Dalam waktu yang cukup lama di Kufah, dia matangkan rencana, dia siapkan pedang, dia rendam dalam racun untuk menegakkan "jihad" ala nafsunya dalam membunuh Amirul Mukminin. Demikian setan membisikkan kesesatan di relung hatinya.
Detik-Detik Wafatnya 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه .
Malam Jum'at, 17 Ramdahan [12] adalah waktu yang direncanakan Ibnu Muljam untuk membunuh 'Ali رضي الله عنه . Keluarlah orang yang paling celaka ini untuk mewujudkan kebinasaannya.
Di tengah keheningan akhir malam, dia dapati Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه berjalan.
Dengan penuh ketawadhu'an kepada Allah dan penuh kecintaan pada Rabbul 'Alamin, 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه keluar menuju shalat shubuh, untuk berdiri di hadapan Allah. Wajah bersinar dan hati yang hidup tampak dari sosok manusia mulia menantu Rasulullah صلي الله عليه Ùˆ سلم ini, putra paman Rasulullah صلي الله عليه Ùˆ سلم . Beliau berjalan menuju saat-saat yang telah Allah Ø³Ø¨ØØ§Ù†Ù‡ وتعالى tetapkan padanya.
Dengan tiba-tiba, Ibnu Muljam menebaskan pedangnya dengan penuh kekuatan ke arah 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه, tepat mengenai kening yang pernah diisyaratkan Rasulullah صلي الله عليه و سلم dengan telunjuk beliau yang mulia. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un...!
Pedang beracun telah mengenai kening 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه . Bukan sekadar goresan, namun luka yang demikian dalam hingga mencapai ubun-ubunnya - semoga Allah Ø³Ø¨ØØ§Ù†Ù‡ وتعالى meridhai-nya. Kening yang senantiasa bersujud kepada Allah Ø³Ø¨ØØ§Ù†Ù‡ وتعالى. Kening yang dipandang Rasulullah صلي الله عليه Ùˆ سلم dengan penuh cinta dan kasih sayang, kening yang telah penuh dengan debu jihad bersama Rasul صلي الله عليه Ùˆ سلم , kening yang telah dijamin selamat dari api neraka, kini disambar pedang Ibnu Muljam.
Darah pun bersimbah.... Awan kelabu meliputi Kufah, menorehkan kepedihan dalam catatan sejarah Islam.
Allah Ø³Ø¨ØØ§Ù†Ù‡ وتعالى tetapkan syahadah bagi beliah dan Allah Ø³Ø¨ØØ§Ù†Ù‡ وتعالى tetapkan kecelakaan bagi Ibnu Muljam Al-khariji, sebagaimana sabda Rasulullah صلي الله عليه Ùˆ سلم :
"Dan manusia yang paling celaka dari umat ini adalah orang yang membunuhmu, wahai Ali!"
Ketika pedang mengenai 'Ali رضي الله عنه , beliau berseru: "Jangan biarkan orang ini lepas!" Orang-orang yang mendengar seruan Ali bergegas menangkap Ibnu Muljam. Saat itu datanglah Ummu Kultsum, putri Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه.
Ummu Kultsum berkata: "Wahai musuh Allah, engkau telah membunuh Amirul Mukminin...!"
Ibnu Muljam menjawab: "Dia hanya sekadar bapakmu." (bukan Amirul Mukminin, pen.).
kata Ummu Kultsum: "Demi Allah, aku benar-benar berharap semoga Amirul Mukminin tidak apa-apa." Tetes tetes air mata cinta dan kesedihan pun mengalir membasahi pipi Ummu Kultsum, putri 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه. Ya, tetes air mata rahmah....
Dengan ketus Ibnu Muljam berkata: "Kenapa kau menangis? Demi Allah aku telah rendam pedangku ini dalam racun selama sebulan, sungguh tidak mungkin dia akan hidup setelah aku mati, aku pasti berhasil membunuhnya!"
Malam Ahad, Sebelas hari tersisa dari bulan Ramadhan tahun 40 H, wafatlah Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه. Beliau dimandikan kedua putranya, Al-Hasan dan Al-Husain, dua cucu Rasulullah صلي الله عليه و سلم serta Abdullah bin Ja'far (keponakannya), dan dikafani dengan tiga lembar kain tanpa memakai gamis, sebagaimana Rasulullah صلي الله عليه و سلم dikafani.
'Ali رضي الله عنه dibunuh dalam keadaan menuju shalat shubuh dan dalam menggajak manusia untuk shalat. Meninggal setelah 4 tahun 8 bulan 22 hari masa kekhalifahan, di umur beliau yang ke-63. hasbunallah wa ni'mal wakil.
--------------------------------------------
Footnotes:
[12] Demikian Ibnu Sa'd menyebutkan dalam "Ath-Thabaqat" pada juz ketiga.
Faedah: Ibnu Hajar dalam "At-Tahdzib pada biografi 'Ali رضي الله عنه menyebutkan adanya perbedaan pendapat mengenai tanggal terjadinya pembunuhan. Ibnu Hajar berkata: "Dia (Ibnu Muljam) membunuh 'Ali pada malam Jum'at 13 hari berlalu, atau dikatakan 13 hari tersisa dari bulan Ramadhan tahun 40 H. Dikatakan pula awal malam sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan."
[13] "Ath-Thabaqatul Kubra" (3/33), dinukil Ibnu Jauzi dalam "Talbis Iblis".
Post A Comment
No comments :
Punya pertanyaan seputar Islam dan ingin menanyakannya langsung ke ustadz? Silahkan ketik pertanyaannya pada kolom yg disediakan di bawah ini.