Islam Tua, Aliran Sesat dari Pulau Sangihe, Sulawesi Utara

Di pulai Sangihe, Sulawesi Utara, ada sebuah aliran sesat yang menamakan dirinya penganut "Islam Tua". Aliran ini memang sudah nyata penyimpangannya. Muncul sejak abad 17 lalu hingga kini, penganut aliran ini alhamdulillah terus berkurang. Berikut laporannya.

Lonceng itu berbunyi pukul tujuh malam waktu setempat dari sebuah gedung tua yang beraksitektur mirip gereja. Gedung tersebut dinamai pengamareng yang dalam bahasa Sangir berarti tempat peribadatan. Tak berapa lama ketika lonceng masih berbunyi, belasan orang berdatangan. Mereka mengenakan peci dan bersarung.

Jika dilihat dari pakaian yang dikenakan, sekilas belasan orang itu mirip kaum muslimin Indonesia pada umumnya. tapi, mereka sebenarnya bukanlah muslim, melainkan penganut kepercayaan yang diorganisasi menjadi Badan Koordinasi Organisasi Kepercayaan (BKOK) Masade sejak bulan Oktober 1998 lalu.

"para penganutnya tidak hanya di desa Lenganeng, tapi tersebar di tempat lain hingga ke kota Bitung," jelas Kepala Seksi Kerohanian BKOK; Hermanto Muly.
Komunitas tersebut tersebar menjadi kelompok-kelompok kecil di hampir seluruh Sulawesi Utara. Namun, populasi terbanyak tetap di Sangihe.

Sebelumnya, BKOK bernama Himpunan Penganut Kepercayaan Masade. Sebelumnya lagi, orang-orang yang keyakinannya disebut sebagai "kepercayaan" oleh pemerintah itu menamakan diri mereka "Islam Tua". Meski secara resmi mereka mengaku bahwa yang mereka anut tergolong "kepercayaan", namun mereka lebih sreg disebut Islam Tua.

Memang ada beberapa persamaan mereka dengan Islam, namun sebagian besar ajaran mereka sangat bertolak belakang dengan Islam dan sudah bisa dikatakan kafir dari Islam. BKOK Masade juga mengakui Tuhan mereka satu, yakni Allah. Hanya, cara mereka mengucapkan Allah sama dengan cara mengucapkan Allah penganut Kristen. Mereka juga mengakui Nabi Muhammad Salallahualahi wasallam sebagai Rasul Allah dan nabi-nabi-Nya. Mereka juga percaya pada malaikat, bulan Ramadhan, mengklaim melaksanakan sholat Tarawih dan berzakat fitri (zakat fitrah, red). Mereka juga merayakan Idul Fitri dan Idul Adha.

Namun perbedaannya juga sangat jauh dari Islam. Misalnya soal sholat. Bagi BKOK, sholat itu hanya sholat Jum'at dan Sholat Tarawih saja. Gerakannya juga berbeda. Mereka hanya duduk bersila dan para jamaahnya membentuk lingkaran. Dan yang nyeleneh, mereka tidak menghadap kiblat.

Doa yang dibaca, berdasarkan pengamatan JPNN (wartawan Jawa Pos) saat mereka Tarawih pada hari Senin (7-9-09) malam, seperti merapal mantra. Memang masih terdengar ada ucapan seperti "bismillahirrohmanirrohim", "subhanallah", dan ucapan istighfar, namun tercapur bahasa lokal Sangir.
"Memang seperti itu bacaanya. Bahasa Arab campur bahasa Sangir," ungkap Hermanto lagi.


 

Dalam sholat Tarawih yang disaksikan wartawan JPNN saat itu, di tengah-tengah linkaran orang yang katanya "sembahyang" itu ada satu tempat berisi kemenyan yang menyala. Asap kemenyan tercium sangat pekat. Semua duduk bersila di tikar. Selain itu, ada dua bak hitam berukuran besar. Yang satu kosong dan satu lagi penuh beras. Diatas beras itu ada 15 butir telur yang ditancapkan rapi membentuk sebuah konfigurasi. Apa maknanya? Katanya tidak ada. "Beras dan telur itu ada sepanjang bulan Ramadhan," ujar Hermanto.

"Tiap tarawih, masing-masing selalu menyerahkan beras dan telur sesuai kemampuannya. Setelah dikumpulkan, beras dan telur tersebut dibagi-bagikan kepada masyarakat yang memerlukan, tak peduli dari agama manapun. Jadi, semacam zakat fitrah lah," ujar Hermanto panjang lebar.

Menurut Hermanto, ada empat tahap dalam sembahyang yang mereka lakukan dengan duduk bersila itu. empat tahap doa tersebut adlah puja-puji bagi tuhan. Kedua adlah permohonan ampun (istighfar). Ketiga adalah penegasan tidak ada Tuhan selain Allah. Dan tahap terakhir adlah doa berisi permohonan. Hanya, ktika JPNN meminta dituliskan apa saja bacaan yang digunakan, Hermanto menolak.
"Doa kami tidak untuk diucapkan secara sia-sia, hanya dibaca pada ritual," tegasnya.

Yang sangat berbeda dari Islam adalah ketika bulan Ramadhan. Penganut BKOK memang mempercayai Ramadhan. Mereka juga mengklaim berpuasa. Tapi, cara puasa mereka lagi-lagi seenak perut mereka saja yakni meski sedang berpuasa, mereka boleh makan dan minum sepanjang hari.
"Puasa kami lebih bersifat batin. Artinya, menjaga perbuatan dan perkataan," jelas Hermanto santai.

Bagaimana dengan kitab suci? Para penganut BKOK tak mengakui Al-qur'an. "Kami tidak punya kitab. Sebab, kami diajari secara lisan dan turun-temurun seperti ini," ucap pria yang usaha mobil omprengan ini.

Kalau tidak ada kitab suci, bagaimana ajaran-ajaran tersebut diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya? Jawabannya sederhana dan tak banyak ritual. Penganut itu mewariskan ajarannya hanya dari mulut ke mulut. Syarat untuk masuk menjadi penganut ajaran gila ini juga sederhana. Satu saja, yakni harus mau dikhitan oleh imam besar mereka.
Post A Comment
  • Facebook Comment using Facebook
  • Blogger Comment using Blogger
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Punya pertanyaan seputar Islam dan ingin menanyakannya langsung ke ustadz? Silahkan ketik pertanyaannya pada kolom yg disediakan di bawah ini.


Kabar Luar Negeri

[Kabar-Luar-Negeri][threecolumns]

Kabar Dalam Negeri

[Kabar-Dalam-Negeri][list]

Artikel

[Artikel][bleft]

Belajar Islam

[Belajar-Islam][twocolumns]

Kabar Islam

[Kabar-Islam][grids]

Ahlul Kitab

[Ahlul-Kitab][bsummary]